BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan ialah
sesuatu yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya.[1]
Menurut Sartain (seorang ahli
psikologi Amerika), bahwa yang dimaksud dengan lingkungan sekitar adalah
meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku manusia, pertumbuhan, perkembangan, kecuali gen-gen.[2]
Pendapat lain mengatakan, bahwa
didalam lingkungan tidak hanya terdapat sejumlah factor pada suatu saat,
melainkan terdapat pula faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya, yang secara
potensial dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Lingkungan
merupakan salah satu faktor dan faktor-faktor pendidikan yang ada. Dengan
demikian alam sekitar merupakan faktor penting pula bagi pelaksanaan
pendidikan. Namun demikian faktor alam sekitar jelas berbeda apabila
dibandingkan dengan faktor pendidikan, dan juga kedua faktor ini memiliki
persamaannya.
Memang lingkungan berpengaruh besar
kepada anak didik, meliputi lingkungan yang baik atau tidak baik. Lebih-lebih
lingkingan yang kurang baik mudah mempengaruhi anak didik. Sedangkan faktor
pendidikan secara sadar dan bertanggung jawab menuntun dan membimbing anak ke
tujuan pendidikan yang diharapkan.
Mengingat adanya perbedaan tanggung
jawab pengaruh pendidikan terhadap anak didik tersebut, maka para ahli didik
umumnya memisahkan dalam membahas pendidik dan lingkungan sebagai faktor
pendidikan. Karena itu tidak mungkinlah faktor-faktor itu berdiri sendiri.
Suatu kesuluruhan yang berarti, dan apabila salah satu bagin dari keseluruhan
itu dihilangkan, maka akan tidak berarti bagian-bagian lainnya.
B.
Macam-Macam Lingkungan dalam
Pendidikan
Menurut Drs. Abdurrahman Saleh ada
3 macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keragaman anak, yaitu:[3]
a. Lingkungan yang acuh tak acuh
terhadap agama.
b. Lingkungan yang berpegang kepada
tradisi agama.
c. Lingkungan yang memiliki tradisi
agama dengan sadar dan dalam kehidupan agama.
Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Pengaruh lingkungan positif,
2) Pengaruh lingkungan negatif, dan
3) Lingkungan netral
Dibawah ini akan dibahas beberapa
lembaga yang tumbuh di dalam masyarakat serta mempunyai pengaruh luas bagi
kehidupan agama anak.
1.
Keluarga
Kelurga ialah ikatan laki-laki dan wanita berdasarkan
hokum atau undang-undang perkawinan yang sah. Di dalam keluarga ini lahirlah
anak-anak. Disinilah terjadinya interaksi pendidikan. Para ahli didik umumnya
menyatakan, pendidikan dilembaga ini merupakan pendidikan pertama dan utama.
Dikatakan demikian karena lembaga inilah anak mendapatkan pendidikan untuk
pertama kalinya.[4]
Pada tahun-tahun pertam, orant tua memegang peranan
utama dan memikul tanggung jawab pendidikan anak. Kasih sayang orang tua tumbuh
akibat dari hubungan darah dan diberikan kepada anak secara wajar atau sesuai
dengan kebutuhan, mempunyai arti sangat
penting bagi pertumbuhannya. Kekurangan belaian kasih sayang orang tua
menjadikan anak keras kepala, sulit diatur, mudah memberontak dan lain-lain.
Tetapi sebaliknya, kasih sayang yang berlebihan menjadikan anak manja, penakut,
tidak cepat hidup mandiri. Karena itu orang tua harus pandai dan dapat memberikan
kasih sayang kepada anaknya jangan kurang dan jangan berlebihan.
Allah berfirman:
...ڦُوْٓاآ
نْفُسَکُمْ وَآهْلِيْکُمْ نَارًا... (التحر يم ٦)
Peliharalah dirimu dan kelurgamu dari siksa api neraka.
(surah Ar-Tahrim ayat 6)[5]
Kalau orang tua tidak mandai mendidik
dan memelihara anak, akhirnya anak akan terjerumus ke lembah kenistaan. Maka
orang tua akan menerima akibatnya baik dalam kehidupan didunia, apalagi di
akhirat.
Keluarga yang idela ialah keluarga
yang mau memberikan dorongan kuat kepada ananknya untuk mendapatkan pendidikan
agama. Adapun keluarga yang acuh dan tidak taat menjalankan agama, atau bahkan
membenci kepada ajaran agama, keluarga ini tidak akan memberikan dorongan
kepada anakknya untuk mempelajari agama.
Setelah anak memasuki masa
kanak-kanak (estesis), lingkungannya sudah makin luas. Selain
dari ayah bundanya, keluarga-keluarga lian pun telah memegang peranan. Hubungan
keluarga selain bapak ibu, membwa akibat-akibat baru terhadap anak-anak.[6]
2.
Sekolah
Sekolah ialah lembaga pendidikan yang
sangat penting sesudah keluarga. Pada waktu anak menginjak umur 6 atau 7 tahun,
perkembangan intelek, daya fikir, telah meningkat sedemikian rupa, karena itu
pada masa ini disebut masa keserasian sekolah.
Keluarga umumnya tidak berkesempatan
atau bahkan banyak yang tidak berkemampuan mengajarkan ilmu-ilmu tersebut.
Karena itu sudah sepantasnya mereka menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya
kepada sekolah. Tugas guru dan pemimpin-pemimpin di sekolah di samping
memberikan pendidikan dasar-dasar keilmuan, juga pendidikan budi pekerti dan
agama. Sedangkan budi pekerti dan agama ini seharusnya merupakan lanjutan atau
setidak-tidaknya tidak bertentangan dengan yang diberikan di dalam keluarga
anak didik.
Disamping itu, tekah diakui oleh
berbagai pihak bahwa peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar.
Sekolah telah membina anak tentang kecerdasan, sikap, minat, dan lain-lainnya
dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak menaatinya. Karena itu dapat lah
dikatakan sekolah berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagaman anak. Lingkungan
sekolah yang positif terhadap pendidikan islam, yaitu lingkungan sekolah yang
memberikan fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama ini,
apalagi kalau sekolah ini memberikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
penyelenggraan pendidikan agama.[7]
Sedangkan lingkungan sekolah yang
netral dan kurang menumbuhkan jiwa anak untuk gemar beramal, justru menjadikan
anak picik, berwawasan sempit. Sifat dan sikap ini menghambat pertumbuhan anak.
Lingkungan sekolah yang negative terhadap pendidikan agama yaitu lingkungan
sekolah yang berusaha untuk meniadakan kepercayaan agama di kalangan anak
didik.
3.
Tempat Ibadah
Yang dimaksud tempat ibadah disini
adalah Mushala, Masjid, dan sebagainya. Oleh umat islam, tempat ini digunakan
untuk dasar-dasar keislaman. Pendidikan ini kelanjutan dari pendidikan di dalam
keluarga.[8]
Mengenai p0endidikan ini kurikulum dan penyelenggaraannya ada yang diatur oleh
sekolah sendiri, tetapi banyak yang mengikuti petunjuk aturan yang telah
ditetapkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Tempat ibadah demikianlah
yang mampu menumbuhkan anak gemar beribadah, suka beramal, rajin berjmaah, dan
senang beramal jariyah.
Disamping itu, ada pula tempat ibadah
yang didirikan hanya untuk shalat jamaah saja atau bahkan ada masjid yang hanya
dipakai untuk shalat jumat. Kalau pun ada shalat fardhu jamaah, jumlah
jamaahnya sangat terbatas. Ada lagi tempat ibadah yang didirikan tidak
digunakan untuk tujuan-tujuan syiar islam, sebaliknya justru untuk
menghancurkan islam.
4.
Masyarakat
Organisasi-organisasi
yang tumbuh di dalam masyarakat adalah banyak, antara lain:[9]
1) Kepanduan.
2) Perkumpulan-perkumpulan kepemudaan
seperti mahasiswa.
3) Perkumpulan-perkumpulan olahraga dan
keseniaan.
4) Perkumpulan-perkumpulan sementara
5) Perkumpulan pengajian atau diskusi.
6) Perkumpulan koperasi, dan lain-lain.
Organisasi-organisasi tersebut
mendasarkan diri pada agama dan mempunyai pengaruh positif bagi kehidupan
keagamaan.[10]
Perkumpulan dan persekutuan hidup
masyarakat yang mendorong anak untuk hidup dan memperaktikkan ajaran islam
seperti rajin beramal, cinta damai, toleransi, dan sebagainya. Sebaliknya
lingkungan yang tidak menghargai ajaran islam, maka dapat menjadikan anak masa
bodoh kepada agama islam. Apalagi masyarakat yang membenci agama islam, maka
akhirnya anaknya pun akan membenci islam pula.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Lingkungan ialah sesuatu yang berada
diluar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Menurut Sartain (seorang ahli
psikologi Amerika), bahwa yang dimaksud dengan lingkungan sekitar adalah
meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku manusia, pertumbuhan, perkembangan, kecuali gen-gen.
Menurut Drs. Abdurrahman Saleh ada
3 macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keragaman anak, yaitu:
d. Lingkungan yang acuh tak acuh
terhadap agama.
e. Lingkungan yang berpegang kepada
tradisi agama.
f.
Lingkungan
yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan dalam kehidupan agama.
Beberapa lembaga yang tumbuh di dalam
masyarakat serta mempunyai pengaruh luas bagi kehidupan agama anak: Keluarga, Sekolah, Tempat Ibadah,
Masyarakat.
Perkumpulan dan persekutuan hidup
masyarakat yang mendorong anak untuk hidup dan memperaktikkan ajaran islam
seperti rajin beramal, cinta damai, toleransi, dan sebagainya. Sebaliknya
lingkungan yang tidak menghargai ajaran islam, maka dapat menjadikan anak masa
bodoh kepada agama islam. Apalagi masyarakat yang membenci agama islam, maka
akhirnya anaknya pun akan membenci islam pula.
DAFTAR PUSTAKA
H. M, Sudiyono, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta ; Rineka Cipta.
[1]
Sudiyono, H. M. 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta ; Rineka Cipta. hal. 298.
[2] Ibid.
hal.298.
[3] Ibid.
hal. 299.
[4] Ibid.
hal. 301
[5] Ibid.
[6] Sudiyono,
H. M. 2009, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta ; Rineka Cipta. hal. 302.
[7] Ibid.
hal. 304.
[8] Ibid.
hal. 305
[9] Ibid.
hal. 306
[10] Ibid.
hal. 306
Tidak ada komentar:
Posting Komentar