Kamis, 26 Februari 2015

konsep tasawuf falsafi



TUGAS KELOMPOK
KONSEP TASAWUF FALSAFI
(DALAM RANGKA MEMENUHI MATA KULIAH
ILMU KALAM DAN TASAWUF)
DOSEN PENGAMPU : Erfendi,S.Th.I.,M.A
DISUSUN OLEH KELOMPOK VII (Tujuh)
YAITU:
1.    IRMA LISMAWATI
2.    FAHRURRAZI
3.    SITI RUSPITAWATI

MAHASISWA/I SEMESTER V (LIMA) PAI/LOKAL E
STAI AULIAURRASYDIN TEMBILAHAN
2014/1435 H

KATA PEGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Salawat berserta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Pemakalah bersyukur kepada Ilahi Rabi yang telah memberi hidayah serta taufiknya kepada pemakalah sehingga makalah yang berjudul KONSEP TASAWUF FALSAFI.
Makalah ini dibuat untuk mempermudah para mahasiswa dapat memahami secara mendalam tentang hal-hal  yang berkaitan dengan materi yang dikaji dalam kehidupan sehari-hari  dan untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU KALAM DAN TASAWUF. Sehingga para mahasiswa/mahasiswi dapat memahami masalah-masalah dan mampu mengembangkan wawasan serta kepekaan terhadap lingkungannya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan, dan semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para mahasiswa dan pembaca pada umumnya. 


                                                                                                     Tembilahan, 16 November 2014




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................      ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................      iii
BAB I : PEMBAHASAN..............................................................................................     
A.      Pengertian Tasawuf................................................................................      1
B.      Tasawuf Falsafi........................................................................................      1
C.      Sejarah Singkat Perkembangan Tasawuf Falsafi....................................      2
D.     Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi..................................................................      2
E.      Keterkaitan Ilmu Tasawuf dan Falsafi.....................................................      5
BAB II : PENUTUP.....................................................................................................     
A.      Kesimpulan..............................................................................................      6
B.      Saran.......................................................................................................      6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................      7







BAB I
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Tasawuf
Taswuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah”, yang berarti sekolompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam diserambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupya kepada Allah SWT.
Ada yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shafa”, yang berarti nama bagi orang-orang yang “bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya dihadapan Tuhan-nya.
Ada juga yang mengatakan istilah tasawuf berasal dari kata “shaf”, makna ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.[1]
B.      Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi, disebut dengan tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan anatara visi mistis dan visi rasional sebagai pengasasnya.[2]
Adanya pemaduan antara tasawuf dan filsafatdalam ajaran tasawuf filsafi menyebabkan ajaran-ajaran tasawuf jenis bercampur dengan sejumlah ajaran-ajaran tasawuf jenis ini bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat diluar islam.
Ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat difahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. [3]
C.      Sejarah Singkat Perkembangan Tasawuf Falsafi
Tasawuf filosofis ini muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad ke-6 Hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian.
Sejak abad ke-6 Hijriyah muncul sekolompok tokoh tasawuf yang memadukan tasawuf dengan mereka dengan filsafat, dengan teori mereka yang setengah-setengah. Diantara mereka terdapat Syukhrawardi Al-Maqtul (549 H), Syekh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi (638 H), Abdul Haqq Ibnu Sab’in Al-Mursi (669 H)serta tokoh lainnya yang sealiran.
Tasawuf falsafi mencapai puncak kesempurnaannya pada pengajaran Ibn Arabi, dengan pengetahuannya amat kaya, baik dalam lapangan keislaman maupun dalam lapangan filsafat, ia berhasil membuat karya tulis yang luar biasa banyaknya.[4]
D.     Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi
1.      Ibn Arabi (560-638 H)
a.      Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn ‘Arabi adalah Muhammad bin ‘Ali bin ‘Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’I Al-haitami. Lahir di Murcia, Andalusia Tenggara Spanyol, tahun 560 H. dari keluarga berpangkat, hartawan, dan ilmuwan. ‘Arabi wafat pada tahun 543 H, ia mempelajari Al-Quran, Hadist serta Fiqih pada sejumlah murid seorang Fagih Andalusia terkenal, yakni Ibn Hazm Az-Zhahiri.[5]
b.      Ajaran-Ajaran Tasawuf Ibn ‘Arabi
1)      Wahdat Al Wujud
Menurut Ibn Taimiyah, wahdat al wujud adalah penyamaan Tuhan dengan alam. Dari pengertian tersebut Ibn Taimiyah telah menilai ajaran sebtral Ibn ‘Arabi dari aspek tasybih (penyerupaan Khaliq dengan makhluknya). Menurut Ibn ‘Arabi, wujud yang semua ada ini hanya satu dan wujud makhluk pada hakikatnya adalh wujus khaliq pula. Bahkan, antara yang menyembah dan disembah adalah satu. Perbedaa itu hanya pada rupa dan ragam dari hakikat yang  satu.[6]
2)      Haqiqah Muhammadiyah
Menurut Ibn Arabi, Tuhan adalah pencipta alam semesta. Adapun proses penciptaannya adalah sebagai berikut:
a)      Tajjalii Dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah.
b)      Tanazul Dzat Tuhan dari alam ma’ani ke alam (ta’ayyunat) realitas-realitas rohaniah, yaitu alam arwah yang mujarrad.
c)      Tanazul  pada realitas-realitas nafsiyah, yaitu alam nafsiyah berpikir.
d)     Tanazul Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan misteri, yaitu alam missal (ide) atau khayal.
e)      Alam materi, yaitu alam indrawi.
Ibn Arabi menjelaskan pula bahwa terjadinya alam ini tidak dapat dipisahkan dari ajaran hakikat Muhammadiyah atau Nur Muhammad. Menurutnya tahapan-tahapan proses penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:

a.       Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu dzat yang mandiri dan tidak berhajat pada sesuatu apapun.
b.      Wujud hakikat Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan , lalu muncul semua yang wujud dengan proses tahapan-tahapannya.[7]



3)      Wahdatul Adyan
Adapun yang berkenaan dengan konsepnya ini (kesamaan agama), ibn ‘Arabi  memandang bahwa sumber agama adalah satu, konsekuensinya, semua agama adalah tunggal dan semua itu adalah kepunyaan Allah.
Menurut para penulis. Pernyataan Ibn ‘Arabi ini terlalu berlebihan dan tidak punya landasan yang kuat sebab agama-agama berbeda-beda satu dengan yang lain.[8]
2.      Al- Jili (1365-1417 M)
a.      Biografi Singkat
Nama lengkapnya adalah abdul karim bin Ibrahim Al Jilli. Lahir pada tahun 1365 M, di jillan (Gilan) wafat pada tahun 1417 M. ia adalah seorang sufi yang terkenal dari Baghdad. Belajar tasawuf di bawah bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani. Di samping itu, berguru pula pada Syeh Syarif Isma’il Bin Ibrahim  Al-Zabarti di Zabid (Yaman) tahun1393-1403 M.[9]
b.      Ajaran Tasawuf Al-Jili
1)      Insan Kamil
Ajaran tasawuf yang terpentingnya adalah paham insan kamil (manusia sempurna). Menurutnya, insane kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan, seperti yang disebutkan dalam hadist yang artinya:

“Alllah menciptakan adam dalam bentuk yang Maha Rahman.”[10]

Kemudian al-jilli berkata bahwa duplikasi al-kamal (kesempurnaan)pada dasarnya dimiliki oleh semua manusia. Intensitas al-kamal yang paling tinggi terdapat dalam diri Nabi Muhammad SAW.  Manusia lain, baik nabi ataupun wali bila dibandingkan dengan nabi Muhammad bagaikan al-kamil (yang sempurna) dengan al-akmal(yang paling sempurna) atau al-fadil(yang utama) dengan al-afdhal(yang paling utama).[11]
3.      Ibn Sab’in (614-669 H)
a.      Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn Sab’in adalah ‘Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn Nashr, seorang sufi yang  filosof dari Andalusia. Dia dipanggil Ibn Sab’in dan digelari Quthbuddin dan mempunyai asal-usul Arab, dan dilahirkan tahun 614 H (1217/1218M) dikawasan Murcia.
b.      Ajaran Tasawuf Ibn Sab’in
1)      Kesatuan Mutlak
Gagasan esensial pahamnya sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias Wujud Allah semata. Wujud-wujud lainnya hanyalah wujud yang satu itu sendiri, jelasnya, wujud yang satu semata. Dengan demikian, wujud dalam kenyataannya hanya satu persoalan  yang tetap.[12]
E.      Keterkaitan Ilmu Tasawuf dengan Filsafat
Ilmu tasawuf yang berkembang didunia islam tidak dapat dinafikan sebagai sumbangan pemikiran kefilsafatan. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata banyak memberikan sumbangan yang sangat  berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia islam. Kajian-kajian tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.

BAB II
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Taswuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah”, yang berarti sekolompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam diserambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupya kepada Allah SWT. Tasawuf Falsafi, disebut dengan tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan anatara visi mistis dan visi rasional sebagai pengasasnya.
Tasawuf filosofis ini muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad ke-6 Hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi adalah Ibn Arabi (560-638 H), Al- Jili (1365-1417 M) dan Ibn Sab’in (614-669 H).
Ilmu tasawuf yang berkembang didunia islam tidak dapat dinafikan sebagai sumbangan pemikiran kefilsafatan. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata banyak memberikan sumbangan yang sangat  berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia islam. Kajian-kajian tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.
B.      Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan lagi pemebelajaran tentang evaluasi belajar. Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.



DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, dkk, 2004, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia.
Solihin, M, dkk, 2008, ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia.


[1] Solihin, M, dkk, 2008, ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. Hal. 11-12.
[2] Ibid. hal.67
[3] Anwar, Rosihon, dkk, 2004, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, hal.143-144
[4] Op. cit. hal. 68-71
[5] Ibid. Anwar, Rosihon, dkk. Hal. 144
[6] Op. cit. hal.175-177
[8] Op. cit. Solihin, M, dkk, hal. 183-184
[10] Op.cit.Solihin, M, dkk. Hal.185
[12] Op.cit.Solihin, M, dkk. Hal.192-198

Tidak ada komentar:

Posting Komentar