TUGAS KELOMPOK
KONSEP
TASAWUF FALSAFI
(DALAM
RANGKA MEMENUHI MATA KULIAH
ILMU
KALAM DAN TASAWUF)
DOSEN PENGAMPU :
Erfendi,S.Th.I.,M.A
DISUSUN
OLEH KELOMPOK VII (Tujuh)
YAITU:
1. IRMA LISMAWATI
2. FAHRURRAZI
3. SITI RUSPITAWATI
MAHASISWA/I
SEMESTER V (LIMA) PAI/LOKAL E
STAI
AULIAURRASYDIN TEMBILAHAN
2014/1435
H
KATA PEGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam. Salawat berserta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW.
Pemakalah bersyukur kepada Ilahi Rabi yang telah memberi hidayah serta taufiknya
kepada pemakalah sehingga makalah yang berjudul KONSEP TASAWUF FALSAFI.
Makalah ini
dibuat untuk mempermudah para mahasiswa dapat memahami secara mendalam tentang
hal-hal yang berkaitan dengan materi
yang dikaji dalam kehidupan sehari-hari
dan untuk memenuhi tugas mata kuliah
ILMU KALAM DAN TASAWUF. Sehingga para mahasiswa/mahasiswi dapat
memahami masalah-masalah dan mampu mengembangkan wawasan serta kepekaan
terhadap lingkungannya.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan, dan
semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para mahasiswa dan pembaca pada
umumnya.
Tembilahan,
16 November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I : PEMBAHASAN..............................................................................................
A. Pengertian Tasawuf................................................................................ 1
B. Tasawuf Falsafi........................................................................................ 1
C. Sejarah Singkat Perkembangan Tasawuf
Falsafi.................................... 2
D. Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi.................................................................. 2
E. Keterkaitan Ilmu Tasawuf dan Falsafi..................................................... 5
BAB II : PENUTUP.....................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................. 6
B. Saran....................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 7
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawuf
Taswuf
berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah”, yang
berarti sekolompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam
diserambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupya kepada Allah SWT.
Ada
yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shafa”, yang berarti nama
bagi orang-orang yang “bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang
menyucikan dirinya dihadapan Tuhan-nya.
Ada
juga yang mengatakan istilah tasawuf berasal dari kata “shaf”, makna ini
dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang
paling depan.[1]
B.
Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi, disebut
dengan tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan
anatara visi mistis dan visi rasional sebagai pengasasnya.[2]
Adanya pemaduan antara
tasawuf dan filsafatdalam ajaran tasawuf filsafi menyebabkan ajaran-ajaran
tasawuf jenis bercampur dengan sejumlah ajaran-ajaran tasawuf jenis ini
bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat diluar islam.
Ciri umum tasawuf falsafi
adalah ajarannya yang samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya
dapat difahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. [3]
C.
Sejarah Singkat Perkembangan Tasawuf
Falsafi
Tasawuf filosofis ini
muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad ke-6 Hijriyah, meskipun
para tokohnya baru dikenal seabad kemudian.
Sejak abad ke-6 Hijriyah
muncul sekolompok tokoh tasawuf yang memadukan tasawuf dengan mereka dengan
filsafat, dengan teori mereka yang setengah-setengah. Diantara mereka terdapat
Syukhrawardi Al-Maqtul (549 H), Syekh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi (638 H), Abdul
Haqq Ibnu Sab’in Al-Mursi (669 H)serta tokoh lainnya yang sealiran.
Tasawuf falsafi mencapai
puncak kesempurnaannya pada pengajaran Ibn Arabi, dengan pengetahuannya amat
kaya, baik dalam lapangan keislaman maupun dalam lapangan filsafat, ia berhasil
membuat karya tulis yang luar biasa banyaknya.[4]
D.
Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi
1.
Ibn Arabi (560-638 H)
a.
Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn ‘Arabi
adalah Muhammad bin ‘Ali bin ‘Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’I Al-haitami. Lahir
di Murcia, Andalusia Tenggara Spanyol, tahun 560 H. dari keluarga berpangkat,
hartawan, dan ilmuwan. ‘Arabi wafat pada tahun 543 H, ia mempelajari Al-Quran,
Hadist serta Fiqih pada sejumlah murid seorang Fagih Andalusia terkenal, yakni
Ibn Hazm Az-Zhahiri.[5]
b.
Ajaran-Ajaran Tasawuf Ibn ‘Arabi
1) Wahdat Al Wujud
Menurut Ibn Taimiyah,
wahdat al wujud adalah penyamaan Tuhan dengan alam. Dari pengertian tersebut
Ibn Taimiyah telah menilai ajaran sebtral Ibn ‘Arabi dari aspek tasybih
(penyerupaan Khaliq dengan makhluknya). Menurut Ibn ‘Arabi, wujud yang semua
ada ini hanya satu dan wujud makhluk pada hakikatnya adalh wujus khaliq pula.
Bahkan, antara yang menyembah dan disembah adalah satu. Perbedaa itu hanya pada
rupa dan ragam dari hakikat yang satu.[6]
2) Haqiqah Muhammadiyah
Menurut Ibn Arabi, Tuhan
adalah pencipta alam semesta. Adapun proses penciptaannya adalah sebagai
berikut:
a)
Tajjalii Dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah.
b)
Tanazul Dzat Tuhan dari alam ma’ani ke alam (ta’ayyunat)
realitas-realitas rohaniah, yaitu alam arwah yang mujarrad.
c)
Tanazul pada realitas-realitas nafsiyah, yaitu alam
nafsiyah berpikir.
d)
Tanazul Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan misteri, yaitu alam missal
(ide) atau khayal.
e)
Alam materi, yaitu alam
indrawi.
Ibn Arabi menjelaskan
pula bahwa terjadinya alam ini tidak dapat dipisahkan dari ajaran hakikat
Muhammadiyah atau Nur Muhammad. Menurutnya tahapan-tahapan proses penciptaan
alam dan hubungannya dengan kedua ajaran tersebut dapat di jelaskan sebagai
berikut:
a. Wujud Tuhan sebagai
wujud mutlak, yaitu dzat yang mandiri dan tidak berhajat pada sesuatu apapun.
b. Wujud hakikat
Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan , lalu
muncul semua yang wujud dengan proses tahapan-tahapannya.[7]
3) Wahdatul Adyan
Adapun yang berkenaan
dengan konsepnya ini (kesamaan agama), ibn ‘Arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu, konsekuensinya,
semua agama adalah tunggal dan semua itu adalah kepunyaan Allah.
Menurut para penulis.
Pernyataan Ibn ‘Arabi ini terlalu berlebihan dan tidak punya landasan yang kuat
sebab agama-agama berbeda-beda satu dengan yang lain.[8]
2.
Al- Jili (1365-1417 M)
a.
Biografi Singkat
Nama lengkapnya adalah
abdul karim bin Ibrahim Al Jilli. Lahir pada tahun 1365 M, di jillan (Gilan)
wafat pada tahun 1417 M. ia adalah seorang sufi yang terkenal dari Baghdad. Belajar
tasawuf di bawah bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani. Di samping itu, berguru pula
pada Syeh Syarif Isma’il Bin Ibrahim Al-Zabarti di Zabid (Yaman)
tahun1393-1403 M.[9]
b.
Ajaran Tasawuf Al-Jili
1) Insan Kamil
Ajaran tasawuf yang
terpentingnya adalah paham insan kamil (manusia sempurna). Menurutnya, insane
kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan, seperti yang disebutkan dalam hadist yang
artinya:
“Alllah menciptakan adam dalam bentuk yang Maha
Rahman.”[10]
Kemudian al-jilli
berkata bahwa duplikasi al-kamal (kesempurnaan)pada dasarnya dimiliki oleh
semua manusia. Intensitas al-kamal yang paling tinggi terdapat dalam diri Nabi
Muhammad SAW. Manusia lain, baik nabi ataupun wali bila dibandingkan
dengan nabi Muhammad bagaikan al-kamil (yang sempurna) dengan al-akmal(yang
paling sempurna) atau al-fadil(yang utama) dengan al-afdhal(yang paling utama).[11]
3.
Ibn Sab’in (614-669 H)
a.
Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn Sab’in
adalah ‘Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn Nashr, seorang sufi yang filosof dari Andalusia. Dia dipanggil Ibn
Sab’in dan digelari Quthbuddin dan mempunyai asal-usul Arab, dan dilahirkan
tahun 614 H (1217/1218M) dikawasan Murcia.
b.
Ajaran Tasawuf Ibn Sab’in
1) Kesatuan Mutlak
Gagasan esensial pahamnya
sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias Wujud Allah semata. Wujud-wujud
lainnya hanyalah wujud yang satu itu sendiri, jelasnya, wujud yang satu semata.
Dengan demikian, wujud dalam kenyataannya hanya satu persoalan yang tetap.[12]
E.
Keterkaitan Ilmu Tasawuf dengan
Filsafat
Ilmu
tasawuf yang berkembang didunia islam tidak dapat dinafikan sebagai sumbangan
pemikiran kefilsafatan. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan
kefilsafatan ternyata banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf
dalam dunia islam. Kajian-kajian tentang jiwa dan roh kemudian banyak
dikembangkan dalam tasawuf.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Taswuf berasal dari
istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah”, yang berarti
sekolompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam
diserambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupya kepada Allah SWT. Tasawuf
Falsafi, disebut dengan tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang
ajaran-ajarannya memadukan anatara visi mistis dan visi rasional sebagai
pengasasnya.
Tasawuf filosofis ini
muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad ke-6 Hijriyah, meskipun
para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi adalah
Ibn Arabi (560-638 H), Al- Jili (1365-1417 M) dan Ibn Sab’in (614-669 H).
Ilmu tasawuf yang
berkembang didunia islam tidak dapat dinafikan sebagai sumbangan pemikiran
kefilsafatan. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan
ternyata banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf
dalam dunia islam. Kajian-kajian tentang jiwa dan roh kemudian banyak
dikembangkan dalam tasawuf.
B.
Saran
Semoga dengan
adanya makalah ini dapat meningkatkan lagi pemebelajaran tentang evaluasi
belajar. Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
Rosihon, dkk, 2004, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia.
Solihin,
M, dkk, 2008, ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia.
[1] Solihin,
M, dkk, 2008, ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. Hal. 11-12.
[2] Ibid.
hal.67
[3] Anwar,
Rosihon, dkk, 2004, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, hal.143-144
[4] Op. cit.
hal. 68-71
[5] Ibid.
Anwar, Rosihon, dkk. Hal. 144
[6] Op. cit.
hal.175-177
[8] Op. cit.
Solihin, M, dkk, hal. 183-184
[10]
Op.cit.Solihin, M, dkk. Hal.185
[12]
Op.cit.Solihin, M, dkk. Hal.192-198
Tidak ada komentar:
Posting Komentar